Memilih Dinar Sebagai Mahar – Alhamdulillah, akhirnya saya menyandang status sebagai seorang suami, setelah pada tanggal 18 Februari 2016 lalu resmi menjadi pendamping hidup sosok yang tentu sangat saya cintai, yaitu Mariana. Semoga Allah meridhoi kami dalam berumah tangga dan menjadikan kami sebagai keluarga yang sakinah, mawadah dan warrahmah.
Sedikit cerita dari pernikahan kami yang sederhana (namun tidak mengurangi khidmat kami) adalah mahar yang saya berikan kepada Mariana, yang ternyata masih belum umum bagi banyak orang, yaitu Dinar.
Dua pekan sebelum pernikahan, saya memberi tahu Mariana jika mahar atau maskawin yang akan saya berikan adalah emas berupa Dinar, bukan perhiasan. Hal ini sekaligus memastikan apakah dia keberatan atau tidak. Ternyata, alhamdulillah, Mariana sangat bersedia menerimanya.
Kehendak saya dalam memilih Dinar sebagai mahar memang telah saya niatkan dari beberapa tahun lalu. Siapapun, tentu ingin membangun kesan indah tersendiri untuk hari pernikahannya, termasuk Saya, yang coba berusaha mencari sebuah diferensiasi agar kelak mempunyai kenangan indah nan unik yang tak terlupakan.
Mengenal Dinar
Sebelum menceritakannya lebih jauh, saya akan sedikit berbagi informasi lebih dulu seputar tentang apa itu Dinar. Dinar merupakan mata uang berupa koin yang terbuat dari emas dengan kadar 91,7% (22 karat) dan berat 1 Dinar = 4,25 gram. Standar berat Dinar ini mengikuti aturan baku yang ditetapkan oleh Khalifah Umar bin Khatab. Karena memiliki standar bahan (emas), kadar dan berat yang baku inilah, Dinar merupakan mata uang yang (sebetulnya) tidak mengenal batasan wilayah.
Selain Dinar, ada pula Dirham. Bedanya, Dirham terbuat dari perak. Khalifah Umar ibn Khattab menentukan standar antar keduanya berdasarkan beratnya masing-masing: “7 Dinar harus setara dengan 10 Dirham.”
Jiki ditilik dari sejarahnya, selama Tujuh abad dari abad ke 13 sampai awal abad 20, Dinar dan Dirham adalah mata uang yang paling luas digunakan. Penggunaan Dinar dan Dirham meliputi seluruh wilayah kekuasaan Ustmaniyah yang meliputi tiga benua, yaitu Eropa bagian selatan dan timur, Afrika bagian utara dan sebagian Asia.Bahkan, jika ditambah dengan masa kejayaan Islam sebelumnya yaitu mulai dari awal kenabian Rasululullah SAW (610), maka secara keseluruhan Dinar dan Dirham adalah mata uang modern yang paling lama dipakai dalam sejarah manusia.
Koin Dinar dicetak dan di distribusikan oleh beberapa pihak. Design Dinar (emas) dan Dirham (perak) berbeda-beda sesuai pencetaknya. Beberapa jenis koin dinar yang beredar di Indonesia saat ini adalah:
- Dinar Logam Mulia (Aneka Tambang)
- Dinar Wakala Induk Nusantara
- Dinar IMN
Cara Mendapatkan Dinar dan Dirham
Sebelumnya saya sempat khawatir kesulitan mendapatkan Dinar, ternyata tidak. Saat saya mencari informasi di internet, ternyata banyak sekali situs dan jaringan penjual Dinar dan Dirham. Setelah informasi dirasa cukup, saya memutuskan membeli Dinar di Salma Dinar (jaringan dari Gerai Dinar) yang beralamat di Tebet. Sayangnya, ternyata stok lagi kosong, akhirnya saya beralih ke jaringan Gerai Dinar lainnya, yaitu Usaha Dinar. Gerai Dinar sendiri merupakan jaringan penjual Dinar terbesar di Indonesia yang memiliki 84 jaringan, tersebar di berbagai kota, dengan jenis koin Dinar yang dipasarkan adalah Dinar Logam Mulia (LM) yang dicetak oleh PT Aneka Tambang. Oh iya, ternyata Usaha Dinar merupakan jaringan pertama yang sudah beroperasi sejak tahun 2007.
Bagaimana cara membelinya?
Kita bisa datang langsung ke gerainya atau bahkan minta di antar (dengan sedikit menambah ongkos kirim). Kebetulan, gerai dimana saya akan membeli Dinar, yaitu Usaha Dinar, ternyata lokasinya ada di Kwitang, Jakarta.
Sebelum melakukan transaksi, saya coba kontak Usaha Dinar via WhatsApp untuk memastikan apakah stoknya tersedia atau tidak. Alhamdulillah, ternyata direspon dengan cepat dan stoknya juga ready. Saya sendiri memilih minta diantar ke kantor, karena masih ada kerjaan yang harus dikebut. Tidak sampai 1 jam, kurir pengantar sudah tiba di kantor saya, pembayaranpun bisa dilakukan via transfer (mobile banking) setelah barang diterima.
Menjadikan Dinar Sebagai Mahar
Ada sedikit kejadian menarik ketika Mariana mengusur surat-surat pernikahan kami di KUA. Ketika ditanya mas kawinnya apa (untuk dicetak di buku nikah) Mariana menjawab “Seperangkat alat solat dan Dinar”, petugasnya agak ragu, akhirnya yang ditulis di buku nikah hanya seperangkat alat solatnya saja.
“Emang, calon suaminya orang Arab ya, Mbak?”
Haduhhh… padahal udah jelas tertulis lahir di Subang dan identitas beralamat di Tangerang. Heheheee… bisa dimaklum, karena mungkin Dinar memang belum begitu populer di masyarakat kita untuk dijadikan mahar pernikahan.
2 jam sebelum pernikahan, di keluarga saya pun praktis hanya ibu dan adik bungsu saya yang tahu mahar yang siapkan. Begitu kakak ipar saya tanya “mas kawinnya udah disiapkan?”, saya bilang “sudah” sambil menunjukkan Dinar di kotak, nah… jadi deh pagi-pagi pada ribut penasaran ingin melihat Dinar. 😀
Detik-detik menjelang akad nikah, Saya diberitahu kembali bahwa Dinar-nya tidak tertulis di Buku Nikah, tapi Dinarnya tetap bisa disebutkan sebagai mas kawin pada saat akad nikah. Alhamdulillah… Insya Allah, secara syariat Dinarnya tetap tercatat oleh malaikat sebagai mahar pernikahan Saya dengan Mariana.
Ternyata, pasca akad nikah makin banyak yang tertarik ingin melihat Dinar. Sampai-sampai usai sesi foto kami lupa maharnya di mana. Hadeuhhh… untunglah, ternyata sudah diamankan sama bapak mertua. Heheheheee… Senang rasanya bisa memberikan mahar yang meski tidak terlalu besar, tapi sedikit unik. Lebih dari itu, semoga Allah meridhoi pernikahan kami dan orang-orang yang telah membantu dan mendo’akan kami. Amiin.
Buat yang mau menjadikan Dinar atau Dirham sebagai mahar, tidak perlu ragu… selain unik, Dinar juga ternyata nilainya lebih stabil dibanding emas dalam bentuk perhiasan. Selain itu, untuk mendapatkannya juga tidaklah sulit.
Buruan nyusul, sebelum “si dia” nya disalip sama yang lain! 😀
Discussion about this post