Topi Bambu di Rekor MURI (Meretas Jalan Pelestarian)

Minggu, 7 Agustus 2011, bisa dibilang hari yang sangat bersejarah dan membanggakan untuk Kabupaten Tangerang. Dimana simbol kebanggan tradisi dan budaya yang menjadi identitas masyarakat Tangerang  berhasil menembus rekor baru, yaitu Topi Bambu Terbesar di Indonesia dan bahkan dunia yang dianugerahi oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Untuk rekor dunia, Topi Bambu Terbesar ini mengalahkan rekor topi terbesar didunia yang sudah ada, yaitu Topi Sombrero berukuran 75 cm dari Meksiko.

Dirjen Pemasaran Kemenbudpar Sapta Nirwandar menggunakan topi bambu terbesar di dunia di Jakarta Convention Centre (JCC), Minggu (7/8/2011) (Photo by Kompas)

Rekor yang ditorehkanpun tentunya tidak lantas membuat jumawa para penggagas Topi Bambu Terbesar tersebut yang tergabung di Komunitas Topi Bambu, karena ide tersebut justru merupakan salah satu awal dari proses yang harus dilalui untuk mewujudkan cita-cita dari Komunitas Topi Bambu. Ide pembuatan Topi Bambu Terbesar itu sendiri tidak terlepas dari beberapa segi konsentrasi Komunitas Topi Bambu, yaitu Budaya, Edukasi, dan Ekonomi.

Dari segi Budaya, terus berusaha melestarikan kerajinan Topi Bambu sebagai identitas kekayaan intelektual asli masyarakat Tangerang yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Ditengah gempuran budaya impor sudah selayaknya ada sekumpulan orang yang menunjukan kepudiliannya terhadap budaya lokal, sehingga masyarakat Tangerang punya identitas asli sebagai jati diri daerahnya.

Dari segi Edukasi, berupaya memberikan nilai wawasan dan pengetahuan tentang Topi Bambu khususnya dan tradisi budaya Tangerang umumnya. Akan sangat terasa aneh kalau generasi muda yang berasal atau tinggal di Tangerang tidak mengetahui ciri khas dari Tangerang itu sendiri. Edukasinya sendiri terbagi kedalam dua jenis. Yang Pertama, edukasi wawasan tentang hal-ihwal Topi Bambu, dan yang Kedua, edukasi bagaimana cara membuat Topi Bambu atau yang disebut dengan pewarisan tradisi.

Dari segi Ekonomi, berusahan untuk melakukan inovasi terhadap desain dan model kerajian Topi Bambu tanpa merubah unsur-unsur pokoknya, sekaligus mempromosikannya ke khalayak ramai. Dengan adanya upaya inovasi desain dan model, diharapkan dapat menambah nilai modis dan estetis dari Topi Bambu itu sendiri, sehingga bisa mengimbangi perkembangan zaman dan orang bisa merasa bangga saat mengenakannya baik dalam acara tentu ataupun acara sehari-hari. Upaya inovasi dan promosi tidak lain merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan nilai pemasukan finasial bagi para pengrajin Topi Bambu itu sendiri yang jumlahnya puluhan ribu di seantero Tangerang, dengan harapan bisa lebih menyejahterakan.

Penyerahan Sertifikat Rekor MURI oleh Istri Menbudpar (Jero Wacik), Triesna Wacik didampingi oleh Jaya Suprana dan disaksikan langsung Kepala Disperindag Kab. Tangerang, Syaffrudin

Diakuinya Topi Bambu berukuran 2 meter dengan bobot berat lebih dari 2 kg sebagai sebuah Topi atau Topi Bambu terbesar di Indonesia yang turut diberitakan oleh berbagai media baik digital maupun cetak yang antara lain :

dan berbagai media lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang terus terang telah membentangkan retasan jalan optimis bagi Komunitas Topi Bambu dan para pengrajin yang ada dialam komunitas tersebut, bahwa kerjasama berbagai pihak, Topi Bambu yang merupakan masterpice asli Kabupaten Tangerang  Insya Allah bisa kembali berjaya.