Berteman dengan Ikhlas

Pada mereka yang telah berbuat baik untuk kita, hakikatnya kita tidak akan pernah bisa membayar kebaikan itu. Maka, yang bisa kita lakukan adalah membalas kebaikannya dengan berbuat baik lagi pada setiap orang, agar kebaikan itu terus mengalir dan setiap orang dapat merasakannya sehingga bisa sama-sama menjadi lebih baik.

Berteman dengan Ikhlas

Pertemanan saya dikelilingi oleh orang-orang yang sangat baik, saking baiknya… mungkin kata “saudara” jadi lebih sepadan dibanding kata “teman”. Seberapa baik? saya gak bisa mengukurnya, mungkin simbol “” bisa menjadi ukuran yang pas.

Lalu apa istimewanya?

Pertemanan memang hal yang sangat umum, setiap orang pasti merasakan dan memilikinya. Tapi, dari teman-teman yang baik itulah saya sedikitnya mulai mengerti bahwa ada satu nilai yang mudah diucapkan, tapi sulit dipelajari, dimengerti, apalagi dikuasai. Apa nilai itu? sebentar…

Teman-teman baik tersebut, telah banyak memberi arti dalam hidup saya.

Kala saya sulit, mereka hadir membantu

Kala saya terjepit, mereka hadir melonggarkan

Kala saya sedih, mereka hadir menghibur

Kala saya butuh, mereka hadir memberi

Kala saya sebagainya, mereka hadir segalanya

Anda mungkin akan bilang “ah, itu biasa… setiap orang juga pernah mengalami ditolong dan menolong”. Tapi nanti dulu, ada satu nilai yang hampir terucap tadi, apa itu? ya, betul sekali… itu ikhlas.

Berteman dengan Ikhlas

Ternyata, berteman dengan ikhlas itu bukan hanya soal ditolong dan menolong, ada sisi lain yang ketika saya merenungkannya, Masya Allah… betapa kejinya diri ini bilamana sampai mengkhianati teman-teman saya.

Pernahkah kita membayangkan orang-orang yang telah lebih dari sekadar kenal dengan kita, sejatinya mereka telah merelakan diri untuk menjadi bagian dari hidup kita.

Ketika kita sakit, mereka ikut merasakan sakit dan berusaha membantu kita

Ketika kita berbuat salah, mereka ikut ketiban malu oleh kelakuan kita

Ketika kita memiliki aib, mereka turut terciprat noda aib kita

Bayangkan, mereka… yang tidak ada hubungan darah dengan kita itu telah mengikhlaskan diri untuk ikut merasakan sakit, mengikhlaskan diri tertiban malu, bahkan rela terciprat noda keburukan kita layaknya kaluarga sendiri.

Bayangkan, alih-alih mereka berpikir siapa kita bagi mereka, mereka malah hadir sebagai siapa mereka bagi kita.

Dengan renungan ini, semoga Allah mencegah kita dari segala keburukan, yang pada akibatnya dapat membuat teman kita ikut terciprat jua (Naduzubillah!). Dengan senantiasa berbuat baik, Insya Allah kita turut ‘memoleskan’ minyak wangi pada teman-teman kita juga, teman yang dengan segala ketulusannya rela menjadikan kita bagian dari hidupnya.

Pada mereka yang telah berbuat baik pada kita, pada hakikatnya kita tidak akan pernah bisa membayar kebaikan itu. Maka, yang bisa kita lakukan adalah membalas kebaikannya dengan berbuat baik lagi pada setiap orang, agar kebaikan itu terus mengalir dan setiap orang dapat merasakannya sehingga bisa sama-sama menjadi lebih baik.

Mereka sudah ikhlas berteman dengan kita, semoga kita pun demikian. Aamiin.