Mungkinkah Kebiasaan Mensugesti Kecenderungan ?

Mungkinkah Kebiasaan Mensugesti Kecenderungan ? 1

Mungkinkah Kebiasaan Mensugesti Kecenderungan Untuk tulisan kali ini, terus terang saya agak kesulitan untuk menentukan judulnya. Sepintas judul yang memiliki tanda tanya (?) tersebut memang membersitkan pertanyaan “maksudnya apa ?”.

Beberapa hari ini, saya mencoba untuk iseng-iseng belajar ngegombal  baik di facebook maupun di twitter. Gombal yang cenderung penuh lelucon, yang sama sekali tidak keluar dari hati yang terdalam (lebaaaay). Bukan bermaksud sombong, untuk ngegombal ternyata tidak terlalu sulit kalau memang pikiran kita sudah disetting “just for gombal”. Semakin terbiasa dengan ngegombal, ternyata lama kelamaan setiap objek yang kita dengar, kita lihat, atau kita rasakanpun bisa menjadi objek inspirasi gombalan.

Contohnya begini, Sobat sedang duduk dengan seorang perempuan, kemudian dihadapan sobat ada gelas bening berisi air mineral. Kemudian sobat bilang ke perempuan yang ada dihadapan  : “Perhatiin deh air didalam gelas itu, ada bayangan wajah siapa ?, wajah kamu kan ?. Begitu juga kalau kami perhatiin hati  Aku”. Cieeeeee…..

Itu contoh untuk soal gombalan, tapi ada contoh yang lainnya.

Ketika pikiran saya dibiasakan dengan mencari falsafah atau hikmah hidup. Maka, setiap objek yang saya dengar, saya lihat, atau saya rasakan serasa lebih mudah untuk ditemukan maknanya. Atau singkatnya setiap objek selalu bisa dijadikan analogi pelajaran hidup. Misalnya, Ketika saya melinting-linting uang kertas, saya jadi teringat dengan kekuatan uang kertas yang tahan ribuan kali lipatan.

Dari situ kemudian inspirasi analogi muncul  : “Uang kertas aja yang buatan PERURI bisa tahan ribuan kali lipatan, tekukan, bahkan udah robekpun masih tetap berlaku. Masa hati kita yang buatan TUHAN baru 18 kali dilipat, ditekuk, dan robek sedikit udah kayak dunia mau berakhir !

Mungkin masih rada berbau lebay ya, tapi secara analogi bisa kita jadikan pelajaran.

Oke sobat !, saya tidak sedang ingin berbagi ilmu gombal atai ilmu analogi, karena saya juga bukan lulusan S1 Ilmu Pergombalan maupun Analogi. Saya hanya ingin mengeluarkan sebuah unek-unek pengalaman yang membuat saya berpikir “mungkinkah kebiasaan kita akan mempengaruhi kecenderungan kita ?”.

Seperti contoh tadi, ketika saya membiasakan diri untuk mengombal, ternyata ketika saya melihat, mendengar, merasakan sesuatu cenderung lebih mudah dijadikan bahan/inspirasi gombalan. Atau istilahnya sense gombal kita lebih merespon dibanding sense-sense yang lainnya.

Begitu pula ketika saya membiasakan diri dengan dunia analogi untuk menemukan banyak hikmah. Ternyata ketika saya melihat, mendengar, merasakan sesuatu cenderung lebih mudah dijadikan bahan/inspirasi yang ibarat kata “menjadikan alam sebagai guru”. Dan ketika tiba-tiba itu harus dijadikan bahan gombalan rasanya kaku.

Mungkin kalau “bisa karena biasa” memang benar, tapi kalau memiliki kecenderungan semakin mudah menganalogi ketika yang ada dipikiran kita adalah “membiasakan analisa” saya belum tahu itu benar atau tidak secara ilmiahnya, namun fakta pengalaman saya adalah demikian seperti halnya membiasakan menggombal.

Belajar dari situ, mengingatkan saya pada prinsip panca indera yang ada pada diri kita, yaitu ketika ada bagian panca indera yang tidak difungsikan maka indra yang lainnya bisa bekerja lebih maksimal. Mungkin demikian halnya juga dengan kebiasaan kita terutama dalam melihat, mendengar, atau merasakan objek tertentu. Kalau dibiasakan untuk menggombal maka objek-objek tersebut akan lebih mudah menjadi objek gombalan. Begitu juga kalau dibiasakan untuk menganalisa untuk menemukan hikmah maka objek-objek tersebut akan lebih mudah menjadi objek analogi pelajaran hidup.

Wallahu’alam