Hari Korespondensi Internasional : Refleksi Kebangkitan Pos Indonesia

Hari Korespondensi Internasional : Refleksi Kebangkitan Pos Indonesia 1

Serentak di seluruh dunia, tanggal 9 Oktober diperingati sebagai hari Korespondensi Internasional, atau yang biasa kita sebut hari surat – menyurat.

Lain bulu lain belalang, lain dulu lain sekarang. Korespondensi tidak lagi seindah dulu, setidaknya satu dasawarsa ke belakang. Dimana kedatangan Pak Pos adalah secercah harapan mengungkap teka-teki dibalik isi lembaran.

Meskipun tidak berarti tamat riwayatanya, terasa betul kalau peran surat – menyurat secara fisik sudah tergeser oleh surat – menyurat secara elektronik. Untuk membuktikannya cukup dengan satu pertanyaan : kapan terkahir kali Anda melakukan surat – menyurat secara pribadi ?

Rata-rata menjawab sebelum tahun 2000.

Cukup lama rupanya kita tidak membaca surat yang ditulis tangan langsung, dimana pada setiap goresannya ada tarikan karakter dan nilai seni yang otentik layaknya sidik jari. Dibagian titi mangsa terukir dengan apik lekukan tanda tangan penuh kepribadian.

Belum lagi ditambah dengan sensasi harum mewangi ketika surat tersebut dibuka. Sungguh, sebuah isyarat ketulusan dan kesungguhan berkirim surat dari sang pengirimnya. Tidak mau kalah, kitapun lakukan cara yang lebih menarik ketika membalasnya.

Suratpun menjadi lebih otentik lagi, ketika di kemudian waktu (bahkan dalam kurun waktu yang cukup lama) kita membukanya kembali.

Dampak Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi cenderung menjadi kambing hitam atas berkurangnya aktivitas surat-menyurat secara personal yang syarat akan nilai-nilai emosional kedekatan. Meskipun sebetulnya (secara fungsi ) kemajuan teknologi jelas lebih cepat dan memudahkan.

Surat elektronik atau email dengan cepat mengganti peran dari korepondensi konvensional. Mungkin hanya institusi dengan konteks surat resmi lah yang tetap menggunakan korespondensi konvensional. Karena ada beberapa faktor pengesahan yang tidak bisa diterapkan di surat elektronik seperti stempel dan tanda tangan.

Pada masa awal pergeseran sistem korespondensi, kemajuan teknologi seperti memukul telak peran dari PT Pos Indonesia. Orang-orang yang menanti kehadiran Pak Pos  tak sebanyak dulu  (walau mungkin keuntungan finansial PT Pos Indonesia-nya lebih besar sekarang). Mau tidak mau ini menuntut PT Pos Indonesia memutar otak untuk tetap meraup untung dari peluang dibalik kemajuan teknologi.

Ini dapat dilihat dari beberapa layanan yang ada di Kantor Pos :

Melihat banyaknya produk layanan yang disediakan, bisa jadi kalau PT Pos Indonesia kelak menjadi One Stop Service layanan masyarakat non administrasi birokrasi. PT Pos Indonesia tidak lagi hanya menjadi kurir surat menyurat dan wesel seperti yang kita alami di 10 – 20 tahun lalu.

Kalah Pamor Dari Swasta

Kekhatawiran atas kemajuan teknologi terhadap korespondensi tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya. Kemajuan teknologi justru membuka peluang baru yang lebih besar bagi perusahaan kurir semisal PT Pos Indonesia. Ini ditandai dengan semakin populernya konsep dan tradisi E-Commerce : dimana orang mulai menggandrungi belanja via internet.

Kemajuan teknologi juga mendongkrak eksistensi perusahaan-perusahaan kurir swasta semisal TIKI dan JNE – yang menurut pandangan dan penilaian kasat saya, popularitasnya bergesekan dengan PT Pos Indonesia dalam pengiriman e-commerce.

Penilaian saya didasarkan pada masing-masing situs. Apa sebabnya ?, asumsi sederhananya adalah ketika situsnya lebih popular berarti lebih banyak orang yang mengakses untuk menggunakan layanan tersebut dalam hal pengiriman logistic/barang e-commerce. Penilaian ini didasarkan pada peluang belanja online terhadap layanan pengiriman logistic/barang.

Rank Factor

Website

www.posindonesia.co.id

www.jne.co.id

www.tiki-online.com

Google Page Rank 1 4 4
Alexa Rank in ID 175 53 683
Site Link in 4912 8656 3145

Skor diambil pada tanggal 9 Oktober 2012

Apakah skor ini berdasarkan faktor Search Engine Optimization(SEO) di Google semata ?, saya rasa tidak. Karena untuk memilih layanan kurir, orang jarang menggunakan Google untuk mencari informasi dengan keyword  “layanan kurir termurah” atau “pengiriman barang termurah”.

Beberapa teman yang saya tanya tentang “Layanan ekspedisi pengiriman barang”, umumnya mereka langsung terpikirkan TIKI, JNE, dan POS. Bisa jadi, dari situlah mereka baru kemudian melakukan cek harga dari ketiga layanan ekspedisi poopuler tersebut, atau juga melakukan tracking pengiriman.

“Mau kirim barang ingat apa ?”

Pertanyaan diatas adalah salah satu tujuan dari campaign atau promosi yang merubah mindset konsumen ketika akan mengirimkan barang, layanan jasa mana yang langsung hadir dalam benak pikiran mereka ?.

Mindset ini sekarang hampir terbentuk pada banyak orang, khususnya yang terbiasa dengan dunia e-commerce, entah ia sebagai konsumen maupun produsen/penjual.

Ketika korespndensi tidak lagi seperti dahulu dan kemajuan teknologi membuka peluang baru di dunia perkuriran, rasanya tidak ada alasan bagi PT Pos Indonesia sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk tidak menjadi jawara di ranah ini.

PT Pos Indonesia

PT Pos Indonesia memang tidak lagi memonopoli dunia perekspedisian, tapi adalah sebuah keanehan jika perusahaan berwarna orange ini tidak menjadi winner, setidaknya di mindset masyarakat ketika akan menggunakan layanan ekspedisi.

Apanya kira-kira yang salah ?, faktanya atau tulisan sayanya ?.

Kalaupun tulisan sayanya yang salah, saya sangat bersyukur, itu artinya PT Pos Indonesia tetap ada di hati masyarakat Indonesia di setiap waktu seiring dengan moto Pos Indonesia “Tepat Waktu Setiap Waktu”.

Semoga di hari korespondensi Internasional ini bisa menjadi momentum refleksi bagi PT Pos Indonesia untuk menjadi “tetap yang dinanti” meskipun dalam bentuk kiriman yang berbeda.

***

Ini menurut saya, bagaimana menurut teman-teman pembaca tentang PT Pos Indonesia ?

Sumber gambar : Anual Report 2010 PT Pos Indonesia