Cara Sederhana dan Efektif dalam Memaksimalkan Twitter

Cara Sederhana dan Efektif untuk Memaksimalkan Twitter

Dilihat dari rupa dan minimnya jumlah karakter yang dapat dituliskan, banyak yang beranggapan jika Twitter  terlalu sederhana. Hanya 140 karakter dan nyaris tidak ada fitur  lain yang signifikan. Nyatanya, meski terlihat sederhana, banyak juga yang kesulitan dalam memaksimalkan Twitter, terlebih untuk menjadikannya senjata ampuh penjualan.

Berikut ini beberapa cara sederhana dan efektif dalam memaksimalkan Twitter yang coba saya rangkum dari berbagai sumber dan pengalaman.

“Mintalah” Bantuan Influencer

Siapa itu influencer? singkatnya bisa disimpulkan “influencer adalah akun-akun media sosail yang memiliki pengaruh, umumnya memiliki jumlah pengikut yang sangat besar dengan interaksi (retweet dan reply) yang sangat kuat”.

Bagaimana caranya “minta” bantuan mereka?

Mulailah dengan mencari influencer sesuai dengan akun yang Anda kelola. Untuk melakukan hal ini, Anda bisa menggunakan Followerwonk. Pilih menu Search Bio, masukan Kata Kunci klik Do it!

Contohnya seperti berikut (dengan kata kunci Sport):

Sekarang, jika Anda tidak keberatan follow lah akun-akun yang sesuai dengan kata kunci yang Anda. Pilih yang paling tepat, yang tidak sungkan me-retweet kicauan dari akun yang me-mention-nya.

Jika sudah, buatlah kicauan yang menarik, kemudian mention ke akun-akun influencer tadi. Lakukan secara terus menerus. Setiap kicauan yang tematik, mention ke akun-akun influencer yang memiliki tema yang sama. Dengan cara ini besar kemungkinannya kicauan Anda akan di-retweet oleh akun-akun dengan follower jumbo, secara tidak langsung Anda sudah dibantu dipromosikan.

Gunakan Gambar (Visual)

Pengguna Twitter beserta konten yang dikicaukannya bisa dibilang tenggelam dalam arus teks lini masa Twitter yang mengalir deras. Kita perlu melakukan inovasi konten yang lebih menarik perhatian, tidak hanya terdiri dari deretan karakter yang mudah tenggelam, kemudian menumpuk begitu saja di gudang limbah virtual.

Salah satunya yaitu, gunakan media visual, yang dapat menarik perhatian lebih cepat dari sekedar teks biasa.

Kita mungkin punya kecenderungan anggapan jika media sosial yang cocok dengan konten visual hanyalah Instagram dan Facebook, karena memang keduanya merupakan platform yang sangat visual. Tapi, jangan mengabaikan Twitter sebagai platform yang sebetulnya bisa lebih efektif jika kita berinisiatif menyertakan materi visual ke dalam kontennya.

Menurut penelitian Dan Zarella, tweets dengan gambar 94% lebih mungkin di-retweet.

Perbandingan tweets menggunakan gambar dan tanpa gambar (sumber : danzarrella.com)

 

Kicau Ulang Konten Anda

Jika Anda memiliki konten lama yang sekiranya masih relevan, jangan ragu untuk mengicaukan ulang. Akan lebih bijak jika Anda juga menyertakan tagar sebagai tanda bahwa kicauan tersebut merupakan kicauan ulang, misalnya dengan tagar #retropost atau #repost. Atau Anda juga bisa mengatakan sesuatu di awal kalimat seperti “[Masih Relevan]” atau “[Re-post]”.

Anda juga bisa mengkonversi tweet-tweet lama menjadi Infographic menarik, kemudian sebarkan link atau gambarnya di tweitter. Ada banyak tool yang dapat membantu Anda, beberapa diantaranya: Piktochart, Visme, Canva, dan lain-lain.

Gunakan Twitter Card

Sebagian besar dari kita membutuhkan lebih dari 140 karakter untuk membuat konten di Twitter agar tampak lebih menarik di lini masa audiens.

Beberapa waktu yang lalu, Twitter menghadirkan produk baru yang disebut Twitter Cards. Dengan menggunakan Twitter Cards kita bisa membagikan tautan dari blog atau website ke Twitter dengan tampilan yang lebih baik, seperti adanya tampilan summary dan featured image.

 

Meminta Umpan Balik

Kita jangan terlalu asik sendiri, harus selalu ada komunikasi dua arah agar kita mendapatkan koreksi dan masukan yang berarti untuk melakukan perbaikan. Apalagi jika berada di posisi sebagai pemasar, kita tidak bisa hanya terus melempar konten baru tanpa mengukur dampaknya. Disitulah umpan balik dan analisis tidak bisa dianggap sepele.

Umpan balik membantu Anda memahami mengapa pelanggan Anda melakukan apa yang mereka lakukan: Mengapa mereka mengabaikan kicauan Anda; mengapa mereka tertarik dengan tautanAnda atau bahkan apa yang membuat mereka mau mengikuti Anda.

Buatlah beberapa pertanyaan terbuka, survey, atau pertanyaan di akhir kicauan sehingga mereka tertarik untuk terlibat dalam percakapan dengan Anda.